BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis
sensitivitas adalah studi tentang bagaimana perubahan penyelesaian optimal dan
nilai penyelesaian optimal dari programisasi linear sebagai akibat dari
perubahan koefisien suatu variabel keputusan. Analisis sensitivitas digunakan
untuk melakukan interpretasi penyelesaian yang telah dicapai sehingga menjadi
lebih mudah dipahami.
Dualitas
sendiri mempunyai interpretasi penting yang dapat membantu manajer mencari
jawab atas pertanyaan yang menyangkut alternatif-alternatif kegiatan dan nilai
relatif masing-masing kegiatan. Kemampuan untuk dan menginterprestasikan kasus
dual memberikan pemahaman yang mendalam terhadap kasus, sehingga dapat menjadi
alat yang membantu untuk analisis dan komunikasi. Dualitas mempunyai dua macam,
yaitu: primal dan dual. Kalau
primal berkaitan dengan memaksimumkan kontribusi dari kombinasi produk yang
dihasilkan, maka dual berkaitan dengan evaluasi waktu yang digunakan dalam
unit-unit produksi untuk menghasilkan produk-produk dimaksud.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud analisis Sensitivitas?
2. Bagaimana bentuk analisis Sensitivitas
secara grafik?
3.
Bagaimana penggunaan tabel simpleks
optimal untuk analisis sensitivitas?
4. Bagaimana konsep dualitas atau bentuk
kembar dan interpretasi dan arti ekonomisnya?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan apa yang dimaksud analisis
sensitivitas.
2. Menunjukkan bagaimana bentuk analisis
Sensitivitas secara grafik
3. Memahami penggunaan tabel simpleks optimal untuk analisis
sensitivitas
4. Memperkenalkan konsep dualitas atau bentuk
kembar dan interpretasi dan arti ekonomisnya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Analisis Sensitivitas
Analisis
sensitivitas adalah studi tentang bagaimana perubahan penyelesaian optimal dan
nilai penyelesaian optimal dari programisasi linear sebagai akibat dari
perubahan koefisien suatu variabel keputusan. Secara lebih khusus, analisis ini
melihat tentang efek yang terjadi pada
penyelesaian optimal bila terdapat perubahan pada koefisien fungsi tujuan dan
nilai ruas kanan fungsi kendala. Oleh karena itu, analisis sensitivitas sering
disebut juga analisis pasca optimalitas (post optimality analysis)
karena analisis ini hanya bisa dilakukan setelah penyelesaian optimal kasus
programisasi linear tercapai.
Analisis
sensitivitas digunakan untuk melakukan interpretasi penyelesaian yang telah
dicapai sehingga menjadi lebih mudah dipahami. Dengan kata lain, analisis
sensitivitas membuat penyelesaian programasi linear yang bersifat statis
menjadi alat dinamis yang mampu mengevaluasi perubahan situasi. Alasan utama pentingnya dilakukan analisis
ini adalah dinamisasi dunia nyata. Artinya, kasus-kasus dalam dunia nyata yang dipecahkan dengan programisasi
linear selalu mengalami perubahan. Misal, adanya perubahan harga bahan mentah
yang digunakan oleh perusahaan, kenaikan upah, penggantian mesin, dan
sebagainya akan merubah koefisien fungsi tujuan. Hal ini tentu saja akan
berpengaruh terhadap penyelesaian yang diperoleh. Dengan analisis sensitivitas
dimungkinkan memperoleh informasi untuk merencanakan perubahan-perubahan
seperti ini tanpa harus mengulang seluruh proses programasi linear secara
lengkap.
Sebagai
contoh, kita lihat kembali kasus
perusahaan UD. Shuma yang mempunyai penyelesaian optimal 25,7 unit sepatu
wanita dan 21,5 unit sepatu anak dengan keuntungan per unit dari masing-masing
jenis sepatu sebesar Rp. 4.000,00 dan Rp. 1000,00. Sekarang dimisalkan terjadi
penurunan harga sepatu wanita menjadi Rp. 2.000,00. Apakah jumlah produk
tersebut masih merupakan penyelesaian optimal bagi perusahaan? Jawaban atas
pertanyaan ini dapat dicari dengan analisis sensitivitas. Bila jawabannya ya,
maka tidak perlu lagi memecahkan programisasi linear yang telah mengalami
perubahan tersebut.
Analisis
sensitivitas dapat memberikan estimasi kritis terhadap formulasi koefisien
dalam model. Hasil analisis dapat memberi informasi kepada manajer apakah
perkiraaan keuntungan atau harga per unit produk merupakan perkiraan yang baik
atau tidak berdasarkan range
optimalitas koefisien fungsi tujuan. Range optimalitas adalah range nilai
keuntungan atau harga per unit yang mungkin bagi perusahaan tanpa perusahaan
harus merubah penyelesaian optimal jumlah produksi.
Aspek lain
dari analisis sensitivitas adalah yang berkaitan dengan perubahan nilai pada
sisi kanan fungsi kendala. Perubahan yang demikian dapat terjadi bila terdapat
perubahan kapasitas produksi atau perubahan waktu operasi pada tiap-tiap unit
produksi. Pada kasus UD. Shuma kita tahu bahwa penyelesaian optimal menggunakan
semua waktu pada unit pengukuran dan pemotongan pola serta unit pengeleman dan
pengeringan. Apa yang terjadi pada penyelesaian optimal maupun keuntungan bila
perusahaan menambah waktu operasi? Analisis sensitivitas dapat membantu
menentukan beberapa tambahan waktu yang masih dapat memberi hasil terbaik bagi perusahaan.
2.2 Analisis Sensitivitas Secara Grafik
Pada kasus
sederhana, metode grafik dapat digunakan untuk menunjukkan analisis
sensitivitas pada koefisien fungsi tujuan, koefisien variabel kendala, dan
nilai sisi kanan fungsi kendala. Kita akan bahas kasus UD. Shuma untuk ketiga
macam perubahan tersebut.
Koefisien Fungsi Tujuan
Mula-mula akan kita lihat
berapa range optimalitas bagi kasus UD. Shuma tanpa harus mengubah jumlah
produksi 25,7 unit sepatu wanita dan 21,5 unit sepatu anak. Dari Gambar 4.1
yang memperlihatkan penyelesaian dengan metode grafik dari kasus UD. Shuma,
bahwa penyelesaian optimal terjadi pada titik ekstrem 4, yaitu pada titik
potong antara kendala pengukuran dan pemotongan pola dengan kendala pengeleman
dan pengeringan. Perubahan koefisien X1 dan X2 pada
fungsi-fungsi tujuan akan menyebabkan perubahan slope fungsi tujuan. Dari
gambar kita bisa mengetahui bahwa
perubahan yang demikian menyebabkan garis fungsi tujuan berputar di sekitar
titik ekstrem 4 tersebut. Namun selama garis fungsi tujuan masih berada di
dalam daerah yang diarsir (daerah layak), titik ekstrem 4 akan tetap optimal.
Gambar 4.1.
Penyelesaian
dengan Metode Grafik Kasus Perusahaan UD. Shuma
70 Garis 1
50
30
0 10 20
30 40 50
60 70
Penurunan slope
garis fungsi tujuan mengakibatkan garis fungsi tujuan berputar ke arah yang
berlawanan dengan perputaran jarum jam hingga suatu saat akan berimpit dengan
garis kendala pengeleman dan pengeringan (garis II). Di sini kita menemukan
alternate optima (penyelesaian di antara titik ekstrem 3 dan 4). Perputaran
lebih jauh dari garis fungsi tujuan akan menyebabkan titik ekstrem 4 menjadi
tidak optimal lagi (sudah keluar dari daerah layak). Dengan demikian, garis
kendala pengeleman dan pengeringan merupakan batas terendah bagi slope garis
fungsi tujuan.
Sebaliknya
perputaran garis fungsi tujuan searah jarum jam (menunjukkan kenaikan slope)
suatu saat akan menyebabkan garis fungsi tujuan sama dengan (berimpit) garis
kendala pengukuran dan pemotongan pola (garis I). Di sini kita menemukan alternate optima
antara titik ekstrem 4 dan 5. Perputaran lebih jauh menyebabkan titik ekstrem 4
menjadi tidak optimal lagi. Dengan demikian, garis kendala pengukuran dan
pemotongan pola merupakan batas tertinggi bagi slope garis fungsi tujuan. Dari
pembahasan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa titik ekstrem 4 akan
merupakan titik penyelesaian optimal bila slope garis kendala 1 ≤ slope garis
fungsi tujuan ≤ slope garis kendala II.
-5 £ slope garis fungsi tujuan £ -3/2
Kalau
dimisalkan keuntungan per unit sepatu wanita dan sepatu anak adalah sebesar c1
dan c2, serta nilai fungsi tujuan sebagai Z, maka bentuk umum fungsi
tujuan bisa kita tuliskan sebagai :
Fungsi Tujuan : Z
= c1 X1 + c2X2 atau X2 =
Z/c2 – c1/c2X1
Jadi slope fungsi tujuan adalah –c1/c2.
secara lebih jelas kita bisa menentukan bahwa titik ekstrem 4 akan merupakan
penyelesaian optimal bila memenuhi :
Berdasarkan syarat tersebut, sekarang
kita bisa menentukan range optimalitas untuk koefisien keuntungan. Kita
tentukan dulu range optimalitas untuk c1 (keuntungan per unit sepatu wanita). Dengan menggunakan
perkiraan keuntungan semula sebesar Rp. 1000,00 untuk tiap unit sepatu anak (c2
= 1000), kita mendapatkan :
Dari ruas kanan :
c1/1000 £ -3/2
atau
c1/1000 ³ 3/2
sehingga c1 ³ 3000 / 2 atau c1 ³ 1500
Dari ruas kiri :
-5 £ -c1/1000
atau
5 ³ -c1/1000
sehingga
5000 ³ c1
atau c1 £ 5000
Dari sini kita bisa menetapkan
range bagi c1 = 1500 £ c1 £ 5000
Hasil ini
menunjukkan kepada manajer UD. Shuma bahwa bila koefisien variabel keputusan
lain tidak berubah (keuntungan per unit sepatu anak tetap Rp.1.000,00), maka
produksi sebesar 25,7 unit sepatu wanita dan 21,5 unit sepatu anak masih tetap
optimal bila keuntungan per unit sepatu wanita berkisar antara Rp.1500,00 dan
Rp. 5000,00. Dengan jumlah produksi yang tetap, maka nilai fungsi tujuan Z akan
berubah sesuai dengan perubahan keuntungan per unit sepatu wanita.
Menggunakan cara
yang sama, kita bisa menentukan range optimalitas keuntungan per unit sepatu
anak (c2) dengan mengubah persamaan garis kendala I dan II serta persamaan
tujuan sebagai X1 = f (X2).
Garis kendala I (pengukuran
dan pemotongan pola) :
10 X1 + 2X2
= 300 atau X1 = 30 – 2/ 10 X2
Garis kendala II (pengeleman
dan pengeringan) :
3X1 + 2X2
= 120 atau X1 = 40 – 2/3 X2
Persamaan umum garis fungsi
tujuan :
Z = c1X1 + c2X2
atau X1 = Z/c1 – c2/c1 X2
-2/10 ³ -c2/c1 ³ -2/3
-2/10 ³ -c2/c1 dan –c2/c1 ³ -2/3
atau
2/10 £ c2/c1 dan c2/c1 £ 2/3
untuk c1 = 4000, maka
2/10 £ c2/4000 dan c2/4000 £ 2/3
8000/10 £ c2 dan c2 £ 8000 / 3
800 £ c2 dan c2 £ 2666,67
atau
800 £ c2 £ 2666,67
Dengan range
optimalitas tersebut, perkiraan keuntungan sepatu anak sebesar Rp. 1000,00 merupakan perkiraan yang baik
karena berada di antara range tersebut.
Sisi Kanan Fungsi Kendala
Sekarang
kita lihat bagaimana perubahan nilai sisi kanan fungsi kendala berpengaruh
terhadap penyelesaian optimal. Misalkan, waktu operasi unit produksi pengeleman
dan pengeringan dalam perusahaan UD. Shuma ditambah dari 120 menit menjadi 150
menit, maka sisi kanan kendala pengeleman dan pengeringan akan berubah. Fungsi kendala pengeleman dan
pengeringan menjadi 3X1 + 2X2 £ 150.
Tambahan
waktu 30 menit akan menyebabkan daerah layak menjadi bertambah luas, seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.2. Dengan keadaan baru tersebut, kini kita hanya
mempunyai 4 titik ekstrem yaitu (0,0), (0,50), (25,25), dan (30,0)
Gambar 4.2.
Daerah Layak Kasus
Perusahaan UD. Shuma
dengan Kendala
Pengeleman dan Pengeringan yang Baru
70
30 (25,25)
0 10 20
30 40 50
60 70
Dengan
mensubtitusikan masing-masing titik
ekstrem tersebut ke dalam fungsi tujuan kita bisa menemukan titik penyelesaian
optimal.
Titik ekstrem 1 :
(0,0)
Z = 4000 X1
+ 1000X2 = 4000 (0) + 1000 (0) = Rp. 0
Titik ekstrem 2 :
(0,50)
Z = 4000 X1
+ 1000X2 = 4000 (0) + 1000 (50) = Rp. 50.000
Titik ekstrem 3 :
(25,25)
Z = 4000 X1
+ 1000X2 = 4000 (25) + 1000 (0) = Rp. 125.000
Titik ekstrem 4 :
(30,0)
Z = 4000 X1
+ 1000X2 = 4000 (30) + 1000 (0) = Rp. 120.000
Dengan
demikian, titik penyelesaian optimal adalah titik ekstrem 3 yang memberi nilai
fungsi tujuan sebesar Rp. 125.000. Keuntungan meningkat sebesar Rp.125.000 –
Rp. 124.300 = Rp. 700. Jadi kenaikan keuntungan ini terjadi pada tingkat
sebesar Rp. 700 per 30 menit atau Rp. 23,3 per unit tambahan waktu.
Perubahan
nilai fungsi tujuan yang dihasilkan dari kenaikan satu unit nilai sisi kanan
fungsi kendala disebut harga bayangan (shadow price). Jadi harga
bayangan untuk waktu pengeleman dan pengeringan adalah Rp. 23,3 per menit,
artinya guna mendapatkan tambahan waktu untu pengeleman dan pengeringan, pihak
manajemen perusahaan harus mau membayar sebesar Rp. 23,3 per menit.
Semakin
banyak tambahan waktu yang bisa dilakukan menyebabkan nilai sisi kanan fungsi
kendala semakin meningkat. Dalam
keadaan demikian kendala lain menjadi mengikat dan membatasi perubahan nillai
fungsi tujuan. Dari contoh di atas, dengan peningkatan waktu pengeleman dan
pengeringan sebesar 30 menit, penyelesaian ditemukan pada perpotongan garis
kendala pengukuran dan pemotongan pola dengan garis kendala pengeslepan.
Artinya, pada titik ini tambahan waktu pada pengeleman dan pengeringan tidak
akan berpengaruh terhadap nilai fungsi tujuan. Oleh karena itu, nilai harga
bayangan hanya dapat digunakan pada perubahan yang kecil dari nilai sisi kanan
fungsi kendala.
2.3 Analisis Sensitivitas Dengan Tabel Simpleks
Pada bagian
ini akan lihat bahwa informasi yang terdapat pada tabel simpleks akhir dapat
kita gunakan untuk menghitung range koefisien fungsi, tujuan, harga bayangan,
dan range nilai sisi kanan fungsi kendala.
Koefisien Fungsi Tujuan
Dari
pembahasan di atas kita mengetahui bahwa bila koefisien fungsi tujuan terletak
dalam suatu range tertentu, maka penyelesaian optimal tidak berubah. Range di
mana nilai fungsi tujuan terletak disebut range optimalitas koefisien fungsi
tujuan. Sekarang kita akan melihat bagaimana hal ini ditentukan dengan
menggunakan kasus UD. Shuma.
Tabel simpleks akhir kasus
perusahaan UD. Shuma adalah seperti terlihat di bawah ini.
Tabel
simpleks ini menunjukkan bahwa penyelesaian sudah optimal karena semua nilai
pada baris Cj - Zj lebih kecil sama dengan nol. Adanya
perubahan pada salah satu koefisien fungsi tujuan akan menyebabkan nilai Cj
– Zj untuk variabel non-dasar menjadi positif, sehingga penyelesaian
menjadi tidak optimal lagi. Bila hal ini terjadi, maka dibutuhkan tambahan
iterasi untuk menemukan penyelesaian optimal nilai Cj untuk semua
variabel non-dasar yang memenuhi Cj – Zj £ 0.
Kombinasi
Produk
|
C1
|
4000
X1
|
1000
X2
|
0
S1
|
0
S2
|
0
S3
|
Kuantitas
|
X1
X2
S3
|
4000
1000
0
|
1
0
0
|
0
1
0
|
1/7
-3/14
38/70
|
-1/7
10/14
-8/7
|
0
0
1
|
180/7
150/7
407
|
Zj
Cj
- Zj
|
4000
0
|
1000
0
|
2500/7
-2500/7
|
1000/7
-1000/7
|
0
0
|
124300
|
Untuk melihat proses perhitungan range
optimalitas ini kita misalkan nilai
koefisien X1 (keuntungan per unit sepatu wanita) sebesar c1
(bukan 4000), sehingga kita dapatkan tabel simpleks akhir sebagai berikut :
Kombinasi
Produk
|
Cj
|
c1
X1
|
1000
X2
|
0
S1
|
0
S2
|
0
S3
|
Kuantitas
|
X1
X2
S3
|
4000
1000
0
|
1
0
0
|
0
1
0
|
1/7
-3/14
38/70
|
-1/7
10/14
-8/7
|
0
0
1
|
180/7
150/7
407
|
Zj
Cj
- Zj
|
c1
0
|
1000
0
|
1/7c1
– 3000/14
-1/7c1
+ 3000/14
|
-1/7c1
+ 10000/14
1/7c1
+ 10000/14
|
0
0
|
180/7c1
+ 150000/7
|
Dari tabel kita mendapatkan
-1/7 c1 + 3000/14 £ 0
(-2c1 + 3000)/14 £ 0
2c1
³ 3000
c1
³ 1500
dan 1/7 c1 – 10000/14 £ 0
(2c1
– 10000) / 14 £ 0
2c1 – 10000 £ 0
2c1 £ 10000
c1 £ 5000
Range optimalitas yang kita peroleh
adalah 1500 £ c1 £ 5000. Hasil ini sama dengan yang kita peroleh dengan menggunakan
metode grafik.
Berdasarkan nilai range optimalitas c1
ini, manajer dapat menggunakannya untuk memperoleh informasi apakah
penyelesaian masih optimal atau tidak. Misal, karena naiknya harga bahan
mentah, menyebabkan keuntungan per unit sepatu sepatu wanita turun menjadi Rp.
2000 (masih di dalam range optimalitas). Hasil iterasi terakhir untuk perubahan
ini, seperti yang terlihat pada tabel di bawah, masih optimal (semua nilai pada
baris Cj – Zj £ 0). Sedang
keuntungan total yang diperoleh menjadi Rp.2.000 (25,7) + Rp.1.000 (21,5) = Rp.
72.900
Kombinasi
Produk
|
Cj
|
2000
X1
|
1000
X2
|
0
S1
|
0
S2
|
0
S3
|
Kuantitas
|
X1
X2
S3
|
2000
1000
0
|
1
0
0
|
0
1
0
|
1/7
-3/14
38/70
|
-1/7
10/14
-8/7
|
0
0
1
|
180/7
150/7
407
|
Zj
Cj
- Zj
|
2000
0
|
1000
0
|
1000/14
-1000/14
|
6000/14
-6000/14
|
0
0
|
72900
|
Misalkan sekarang keuntungan sepatu
wanita ini turun lagi menjadi Rp. 1000 ( di luar range optimalitas). Hasil
iterasi tidak lagi optimal karena nilai kolom S1 pada baris Cj – Zj
positif. Berarti masih diperlukan iterasi lagi hinga dicapai penyelesaian
optimal yang baru. Dengan kata lain, penyelesaian sebesar 26,7 unit sepatu
wanita dan 21,5 unit sepatu anak tidak lagi merupakan produksi yang optimal
pada keadaan di mana keuantungan per unit sepatu wanita sebesar Rp. 1000,-
Kombinasi
Produk
|
Cj
|
1000
X1
|
1000
X2
|
0
S1
|
0
S2
|
0
S3
|
Kuantitas
|
X1
X2
S3
|
1000
1000
0
|
1
0
0
|
0
1
0
|
1/7
-3/14
38/70
|
-1/7
10/14
-8/7
|
0
0
1
|
180/7
150/7
407
|
Zj
Cj
- Zj
|
1000
0
|
1000
0
|
-1000/14
1000/14
|
8000/14
-6000/14
|
0
0
|
47200
|
Range
optimalitas keuntungan per unit sepatu anak (c2) dapat kita tentukan
dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan terhadap c1, yaitu
dengan cara mengubah koefisien X2, dengan c2 pada tabel
simpleks akhir. Sebagai akibatnya
-4000/7 + 3/14 c2 £ 0
(3c2 – 8000) / 14 £ 0
c2 £ 8000/3
c2 £ 2666,67
dan 4000/7 – 10/14 c2 £ 0
(8000/7 – 10c2 )/14 £ 0
c2 ³ 800
atau 800 £ c2 £
2666,67
Artinya
selama keuntungan per unit sepatu anak berada di dalam range tersebut, produksi
sebesar 25,7 unit sepatu wanita dan 21,5 unit sepatu anak akan merupakan
penyelesaian optimal.
Kombinasi
Produk
|
Cj
X1
|
4000
X2
|
c2
S
|
0
S1
|
0
S2
|
0
S3
|
Kuantitas
|
X1
X2
S3
|
4000
c2
0
|
1
0
0
|
0
1
0
|
1/7
-3/14
38/70
|
-1/7
10/14
-8/7
|
0
0
1
|
180/7
150/7
407
|
Zj
Cj
- Zj
|
4000
0
|
c2
0
|
4000/7-3/14c2
-4000/7+3/14c2
|
-4000/7+10/14c2
4000/7-10/14c2
|
0
0
|
720000/7+150/7c2
|
Ruas Kanan Fungsi Kendala
Nilai sisi
kanan fungsi kendala pada programisasi linear biasanya diinterpretasikan
sebagai kapasitas yang tersedia (dalam digunakan). Analisis sensitivitas sisi
kanan fungsi kendala dapat memberi informasi kepada manajer tentang seberapa
besar perubahan kapasitas tersebut bernilai bagi perusahaan. Kita tahu bahwa
perubahan nilai fungsi tujuan akibat kenaikan
1 unit nilai sisi kanan fungsi kendala disebut harga bayangan. Dalam
metode simpleks nilai harga bayangan dapat diperoleh dari nilai Zj
variabel slack dan variabel surplus pada tabel simpleks terakhir. Kembali kita akan menggunakan tabel
simpleks kasus perusahaan UD. Shuma untuk menjelaskan hal ini.
Kombinasi
Produk
|
Cj
|
2000
X1
|
1000
X2
|
0
S1
|
0
S2
|
0
S3
|
Kuantitas
|
X1
X2
S3
|
4000
1000
0
|
1
0
0
|
0
1
0
|
1/7
-3/14
38/70
|
-1/7
10/14
-8/7
|
0
0
1
|
180/7
150/7
407
|
Zj
Cj
- Zj
|
4000
0
|
1000
0
|
2500/7
-2500/7
|
1000/7
-1000/7
|
0
0
|
124300
|
Tabel
simpleks di atas menunjukkan nilai Zj untuk variabel slack S1,
S2 dan S3, masing-masing sebesar 2500/7, 1000/7, dan 0.
Jadi harga bayangan untuk waktu pengukuran dan pemotongan pola adalah Rp.
2500/7, untuk waktu pengeleman dan pengeringan Rp. 1000/7, dan untuk
pengeslepan sebesar Rp. 0.
Informasi
yang bisa kia turunkan dari hasil ini adalah penambahan tiap menit waktu akan
menambah keuntungan sebesar harga bayangan pada masing-masing unit produksi.
Berarti pula, penambahan waktu yang memberi kontribusi terbesar pada keuntungan
terjadi pada unit produksi pengukuran dan pemotongan pola, yaitu sebesar Rp.
2500/7 per menit.
2.4 Dualitas
Dual
mempunyai interpretasi penting yang dapat membantu manajer mencari jawab atas
pertanyaan yang menyangkut alternatif-alternatif kegiatan dan nilai relatif
masing-masing kegiatan. Kemampuan untuk dan menginterprestasikan kasus dual
memberikan pemahaman yang mendalam terhadap kasus, sehingga dapat menjadi alat
yang membantu untuk analisis dan komunikasi.
Penyelesaian
kasus programisasi linear berikut formulasi yang dihasilkan, seperti yang kita
bahas pada Bab sebelumnya, disebut primal.
Setiap kasus maksimisasi programasi linear (primal) selalu mempunyai dual
yang terkait. Artinya, ketika
kita memecahkan suatu kasus, penyelesaian itu juga akan memberi penyelesaian
bagi kasus lain. Dengan menggunakan penyelesaian dual dimungkinkan untuk
memformulasikan suatu kasus dalam konteks yang berbeda dan mendapatkan hasil
yang sama.
Kalau primal
berkaitan dengan memaksimumkan kontribusi dari kombinasi produk yang
dihasilkan, maka dual berkaitan dengan evaluasi waktu yang digunakan dalam
unit-unit produksi untuk menghasilkan produk-produk dimaksud. Dalam metode
simpleks, dual disebut juga sebagai penyelesaian persamaan menurut kolom.
Formulasi kasus dual dapat
diturunkan dari kasus primal sebagai berikut :
1.
Dual
merupakan kasus minimisasi dan karenanya mempunyai kendala ³.
2.
Bila
primal mempunyai n variabel keputusan, maka dual akan mempunyai n kendala.
Kendala pertama dual berkaitan dengan variabel keputusan pertama (X1)
dalam primal, sedang kendala kedua dalam dual berkaitan dengan X2
dalam primal, dan seterusnya.
3.
Bila
primal mempunyai m kendala, dual akan mempunyai m variabel keputusan. Variabel
keptusan pertama dual (u1) berkaitan denagn kendala pertama dari
primal. Variabel keputusan kedua dual (u2) berkaitan dengan kendala
kedua dari primal, dan seterusnya.
4.
Nilai-nilai
sisi kanan fungsi kendala primal menjadi nilai-nilai koefisien fungsi tujuan
dual.
5.
Koefisien
fungsi tujuan primal menjadi nilai ruas kanan fungsi kendala dalam dual.
6.
Koefisien-koefisien
fungsi kendala ke-i variabel primal menjadi koefisien-koefisien dalam kendala
ke -i dari dual.
7.
Dual seperti halnya primal,
mempunyai syarat non negativity.
Berdasarkan persyaratan umum tentang
dual di atas, kita bisa menurunkan formulasi dual untuk kasus perusahaan UD.
Shuma.
Primal :
Memaksimumkan 4000X1 + 1000X2
Kendala : 10X1 + 2X3 £ 300
3X1 + 2X2 £ 120
2X1 + 2X2 £ 100
X1 , X2 ³ 0
Dual :
Meminimumkan Y = 300u1 + 120u2 +
100u3
Kendala : 10u1 + 3u2 +
2u3 ³ 4000
2u1 +
2u2 + 2u3 ³ 1000
u1, u2, u3 ³ 0
Sekarang kita mencoba menyelesaikan
kasus dual ini dengan metode simpleks. Mula-mula kita ubah dulu menjadi kasus
maksimisasi dengan cara mengalikan fungsi tujuan dengan -1, kemudian memasukkan
variabel surplus dan variabel artificial untuk mengubah formulasi menjadi
bentuk yang dapat dituliskan ke dalam tabel.
Memaksimumkan -Y
= -300u1 – 120u2 – 100u3 + 0S1 + 0S2
– Ma1 – Ma2
kendala 10u1 + 3u2
+ 2u3 – S1 + a1 = 4000
2u1
+ 2u2 + 2u3 – S2 + a2 = 1000
u1,
u2, u3, S1,
S2, a1, a2 ³ 0
Tabel simpleks yang diturunkan dari formulasi tersebut
adalah :
Kombinasi
Produk
|
Cj
|
-300
u1
|
-120
u2
|
-1000
u3
|
0
S1
|
0
S2
|
-M
a1
|
-M
a2
|
Kuantitas
|
a1
a3
|
-M
-M
|
10
2
|
3
2
|
2
2
|
-1
0
|
0
-1
|
1
0
|
0
1
|
4000
1000
|
Zj
Cj
- Zj
|
-12
M
-300+12M
|
-5M
-120+5M
|
-4M
-100+4M
|
M
-M
|
M
-M
|
-M
0
|
-M
0
|
-5000
M
|
Hasil iterasi pertama :
Kombinasi
Produk
|
Cj
|
-300
u1
|
-120
u2
|
-100
u3
|
0
S1
|
0
S2
|
-M
a1
|
-M
a2
|
Kuan-
titas
|
a1
a3
|
-M
-300
|
0
1
|
-7
1
|
-8
1
|
-1
0
|
5
-1/2
|
1
0
|
-5
½
|
-1000
500
|
Zj
Cj
- Zj
|
-300
0
|
-300+7M
-420-7M
|
-300+8M
-400-8M
|
M
-M
|
150+5M
-150 + 5M
|
-M
0
|
150 + 5 M
-150 + 5 M
|
-150000 +
1000 M
|
Hasil iterasi kedua :
Kombinasi
Produk
|
Cj
|
-300
u1
|
-120
u2
|
-100
u3
|
0
S1
|
0
S2
|
-M
a1
|
-M
a2
|
Kuan-
titas
|
u1
u3
|
-120
-300
|
0
1
|
1
0
|
8/7
-1/7
|
1/7
-1/7
|
-5/7
3/14
|
-1/7
1/7
|
5/7
-3/14
|
-1000
500
|
Zj
Cj
- Zj
|
-300
0
|
-120
0
|
-600/7
-40/7
|
180/7
-180/7
|
150/7
-150/7
|
-180/7
180/7-M
|
-150/7-M
150/7-M
|
124300
|
Penyelesaian di atas sudah mencapai
optimal karena semua nilai pada baris Cj – Zj £ 0. Nilai fungsi tujuan yang kita peroleh bertanda negatif, maka penyelesaian
dual fungsi tujuan haruslah -(-124300) atau 124300. Hasil ini sama dengan yang kita peroleh dari
penyelesaian optimal primal. Hal ini berlaku untuk semua kasus dual, yaitu bila
primal mempunyai penyelesaian optimal, maka dual juga mempunyai penyelesaian
optimal dan sebaliknya. Nilai fungsi tujuan optimal dari keduanya akan sama.
Kalau kita
perhatikan nilai penyelesaian optimal kasus dual adalah u1 = 357,14,
u2 = 142,86, u3 =0. Ternyata bahwa nilai-nilai tersebut
sama dengan harga bayangan. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa nilai
harga bayangan dan nilai dual adalah satu dan sama. Berarti nilai optimal
variabel dual menyatakan juga nilai tambahan per unit waktu (sumber daya) atau
mengidentifikasi kontribusi ekonomi sumber daya dalam kasus primal.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analisis
sensitivitas (analisis pasca optimalitas) merupakan studi tentang perubahan
penyelesaian optinmal dan nilai penyelesaian optimal programisasi linear
sebagai akibat dari perubahan koefisien suatu variabel keputusan. Adapun
penggunaan analisis ini adalah untuk mendinamisasikan penyelesaian dengan
programisasi linear yang bersifat statis menjadi mampu mengakomodasi
perubahan-perubahan yang terjadi dalam dunia nyata. Dalam hal ini perkiraan
penyelesaian optimal dapat dinyatakan dalam suatu range yang disebut range
optimalitas. Analisis sensitivitas dapat juga digunakan untuk melihat perubahan
pada nilai penyelesaian optimal akibat dari perubahan nilai pada sisi kanan
fungsi kendala.
Dualitas
menunjuk pada kasus di mana penyelesaian suatu kasus maksimisasi programisasi
linear (primal) juga merupakan penyelesaian bagi kasus lain. Hal ini dapat
dimanfaatkan untuk mencari alternatif-alternatif kegiatan dan nilai relatif
masing-masing kegiatan. Untuk semua kasus dul berlaku ; bila primal mempunyai
penyelesaian optimal, maka dual juga mempunyai penyelesaian optimal dan
sebaliknya, serta nilai fungsi tujuan optimal dari keduanya akan sama.